Sejarah Perkembangan Agama Hindu Budha di Indonesia
Indonesia juga mencapai puncak kejayaan masa-masa tersebut, mulai dari kerajaan sriwijaya, kerajaan majapahit, dan lain-lain. maka jika kita mempelajari kebudayaan hindu-budha mungkin tak cukup 1 tahun. kebudayaan dan sangat menarik, sangat berkesan, dan sangat berbudaya.
Sistem Kepercayaan
Dalam agama Budha terutama dalam system Mahayana menurut system wagniadatu menyebutkan dewa tertinggi adalah Adibudha dan tidak dapat digambarkan karena tidak berbentuk.
Pendiri agama Budha adalah Sidharta Gautama yaitu seorang anak raja yang mendapat penerangan batin atau enliptenmen. Dia mengantakan bahwa dunia yang kita lihat adalah maya dan manusia adalah tidak berpengetahuan. Kehidupan manusia mengalami sansana atau hidup kembali sebagai manusia atau binatang.
Ganesha
Ganesha adalah anak Siwa dengan Arwati. Dengan digambarkan berkepala gajah dan bertangan empat, pada dahinya juga terdapat mata ketiga. Dan pada setiap tangannya terdapat benda yang berbeda yaitu :
a) Tangan kanan bawah memegang patahan gadingnya
b) Tangan kanan atas memegang tasbih
c) Tangan kiri atas memegang Kapak
d) Tangan kiri bawah memegang mangkuk yang berisi manisan
Dewa Siwa
Pada halaman tengah terdapat lima ekor kerbau, yaitu empat ekor kerbau kecil, dan satu ekor kerbau besar yang merupakan kendaraan dari dewa Siwa yang kesemuaannya terbuat dari patung.
Fakta tentang Proses
Interaksi Masyarakat
Indonesia
sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna
menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk
setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama
Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode
ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/
ciri-ciri kebudayaan Indonesia
terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu,
Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram
Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode
ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia
berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan
unsur Indonesia
kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan
dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa
Timur seperti Singasari, Kediri,
dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu
aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan
sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah
dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode
ini, unsur Indonesia lebih
kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha
semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat
bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang
dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai
manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata
dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di
Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan
perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari
kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan
melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa
menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki
dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki
bangsa Indonesia atau local
genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur
kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya
bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya
Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing
sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah
masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal
ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi
tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum
masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum
masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku
yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota
kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang
dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap
sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja.
Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun
temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya
Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan.
Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia
belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai
mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh
dalam pendidikan di Indonesia
yaitu :
Dengan
digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia.
Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan.
Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang
merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
Telah
dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan
sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan
tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang
banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti
lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh
Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan
ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang,
kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan
diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta
awalnya datang ke Indonesia
untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia.
Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para
pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal
dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena
pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki
pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang
telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang lainnya.
Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk
menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan
agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat asal.
Agama Budha
tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di
Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa
mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di
Benggala (India)
5. Kepercayaan
Sebelum masuk
pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia,
bangsa Indonesia
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang
(animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai
menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti
pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme
yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam
keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur
berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari
yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih
terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40
hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang
dilakukan oleh masyarakat Jawa.
6. Seni dan Budaya
Pengaruh
kesenian India terhadap
kesenian Indonesia
terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:
Seni
Bangunan
Seni bangunan
tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia
dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya
bangsa Indonesia dengan India. Candi
merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda
yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi
sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha,
hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah
ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni
Rupa
Seni rupa
tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat
kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta
patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain
patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi
Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
Periode
|
Patung
|
Relief
|
Periode Awal
|
Patung para dewa Hindu-Budha seperti
Brahma, Wisnu, Siwa
|
Berciri Naturalis (alami)
misalnya relief candi Borobudur
menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama. Sedangkan relief Prambanan
mengambarkan Ramayana dan Kresnayana.
|
Periode Tengah
|
Di Jawa Timur dibuat patung
raja-raja di Indonesia yang merupakan titisan para dewa. Contoh Patung
Tribuana sebagai Parwati/Kertanegara sebagai Siwa.
|
Di Jawa Timur unsur Indonesia
semakin kuat tamapk pada relief Candi Panataran yang tidak naturalis
melainkan bergaya wayang. Menunjukkan pada kepercayaan memuja roh nenek
moyang.
|
Periode Akhir
|
Patung di Bali sudah banyak
menggambarkan makhluk-makhluk seram (demon)
|
Di Bali relief yang mencolok
berupa candi-candi yang dibuat di tebing sungai merupakan makam raja seperti
yang ada di Gunung Kawi (Tampak Siring)
|
Seni
Sastra dan Aksara
Periode awal di
Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah
bangsa Indonesia mulai
melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya:
Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para
ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam
keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti
yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta
banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan
bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi
sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan
Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang
menjadi huruf Nagari.
7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari
sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup
tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin
mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh
Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia
terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan kemaritiman
terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan
perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat
membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu
bercadik.
Perpaduan
antara pengetahuan dan teknologi dari India
dengan Indonesia
terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi
dari agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi
merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai
budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan
prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan,
dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang
tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.
Dalam bidang pertanian,
tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan
dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief
candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.
8. Sistem Kalender
Diadopsi dari
sistem kalender/penanggalan India.
Hal ini terlihat dengan adanya :
Penggunaan
tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang
dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja
Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali,
tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra
Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim
panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan
ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
Ditemukan
Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa
dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf
berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam
bentuk kalimat. Contoh:
Sirna
Ilang Kertaning Bumi = 1400 S = 1478 M
Sirna
=
0
Kertaning = 4
Ilang
=
0
Bumi
= 1
Çurti
Indria Rasa = 654 S = 732 M
Çurti
= 4
Indria
= 5
Rasa
= 6
Hayama Vayu
Rasa = 682 S
9. Filsafat
Lahir Astrologi
yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta/ astronomi.
Contoh : orang
memberi nama anak berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya.
Adanya buku primbon
sebagai pedoman hidup dan tatanan tradisi yang semula hanya merupakan catatan
turun temurun. Ajaran Hindu-Budha penuh dengan upacara keagamaan. Falsafah
agama tersebut mengajarkan hal-hal yang bersifat pasifistis yaitu
ajaran yang menuju pada kehidupan damai, menerima apa yang menjadi takdir
karena semuanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.
MASJID
Pada umumnya ada
3 jenis Masjid:
Masjid
Tradisional
☼ Atapnya berupa Meru disebut atap
tumpang berasal dari ijuk/rumbia dengan jumlah ganjil (tiga atau
lima).Tingkatan paling atas berbentuk LIMAS
☼ Terdapat Mihrab
(tempat imam memimpin shalat)
☼ Contoh : Masjid
Demak, Masjid Kudus
CIRI MASJID DI JAWA
Masjid
tradisional Jawa umumnya berupa pendopo. Pola tiang penopang masjid mengikuti
pola tiang penopang rumah tradisional masyarakat Jawa
Bangunan
terdiri dari 4 tiang utama (soko guru) dan 12 tiang pembantu disekelilingnya.
Jika diperbesar maka tiang diluar ditambah menjadi 24 buah
Bagian
atapnya dibuat atap tumpang bukan tunggal seperti rumah tradisional di Jawa.
Di masjid
dilengkapi Kentongan atau Bedug
MASJID MAKAM
☺ Disebut
demikian karena dibelakang masjid biasanya terdapat makam
para wali atau bahkan makam raja.
☺ Contoh: Masjid Makam Ampel, Demak, Kudus, Banten,
Sendangduwur
MASJID MODERN
Cirinya tampak pada
Bagian atap masjid (mendapat pengaruh budaya Persia dan India) yaitu berbentuk Kubah.
Bentuk kubah masjid setengah bulatan seperti sebuah stupa Budha
Dilengkapi Menara, tempat untuk Muazin mengumandangkan
azan
Contoh:
Masjid Baiturrahman di Aceh
Masjid Syuhada di Yogyakarta
LETAK MASJID
Letak Masjid di Jawa menggunakan komposisi Macopat. Dimana
Masjid berada disebelah barat alun-alun, dekat istana
MAKAM/NISAN
Makam dilengkapi dengan Jirat (kijing) dan cungkup (kubah).
Pengaruh Islam tampak pada : penggunaan ragam hias khas
Islam yaitu bentuk melengkung seperti kubah masjid, disertai dengan
tulisan Arab yang diambil dari ayat-ayat suci
Al’Quran.
Contoh :
Nisan Fatimah
binti Maemun di Leran
Nisan Sultan
Malik Al Saleh di Samudra Pasai
SENI AKSARA
Digunakan
tulisan huruf Arab Melayu atau Arab Gundul
Adanya larangan
membuat gambar maupun patung berupa Makhluk Hidup terutama ditempat ibadah
Berkembang
tulisan Kaligrafi (huruf Arab yang berbentuk indah) yang digunkan untuk
melukiskan makhluk hidup
Seni Ukir
Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan
pada kayu.
Contoh :
☻Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid
Mantingan, Jepara
☻Di Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau
Pahatan berupa
gambar tersebut disebut Arabesk
SENI
SASTRA
Tampak pada karya
sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Karya sastra yang berkembang:
1.
Suluk,yaitu karya sastra yang berisi
ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil
2.
Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya
Islam.
Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang
3.
Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja suatu
kerajaan Islam
Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad Ranggalawe
SISTEM
PEMERINTAHAN
Digunakan
aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti
dengan adanya :
Raja Mataram
Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung
Raja akan
diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang
memerintah di Timur Tengah
Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.
SOSIAL
Mulai dikenal
sistem demokrasi
Tidak mengenal
adanya sistem kasta
Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat
FILSAFAT
Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat
yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama
Islam.
Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih
Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan
peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat Islam terhadap Tuhan dan sesama
manusia.
Dengan Fikih diharapkan
umat Islam dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam.
Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu
Qalam dan Tasawuf
Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang
keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu Tauhid.
Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah
karena kecintaan dan kerinduan pada Allah.
Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran
kepercayaan.
KALENDER
•
Di Jawa, pada masa Sultan Agung (raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender
Hijriyah dan kalender Saka
•
Kalender dimana angka tahunnya meneruskan angka tahun saka tetapi
perhitungannya mengambil dari kalender Hijriyah
•
Kalender tersebut berlaku tgl 8 Juli 1633 atau tgl 1 Suro 1555 (1 Muharram=1403
Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun Jawa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
adalah negara kesatuan yang terdiri dari jajaran ribuan pulau yang
mempunyai masyarakat plural dimana memiliki bermacam-macam
budaya, suku bangsa,
dan agama. Terdapat lima
agama besar yang dianut oleh masyarakat Indonesia, yaitu:
Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha, diantara lima agama tersebut
tercatat lebih
dari 90% penduduk Indonesia
memeluk agama Islam, dan itu membuat Indonesia
menduduki peringkat pertama di dunia diantara negara-negara
lain sebagai negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam.
Perkembangan Hindu-Budha di Indonesia
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah
yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh
tinggal di kota
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan
dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di
Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini,
unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/
ciri- ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan
banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu,
Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram
Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini
unsur Hindu-Budha dan Indonesia
berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur
Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga
keberadaan ini menyebabkan munculnyasinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran).
Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa
Timur seperti Singasari, Kediri,
dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliranTantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara
kepercayaan Indonesia
asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para
dewa. Candi bukan hanya rumah
dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini,
unsur Indonesia lebih kuat
dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur
Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali
kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak
hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu
sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara
Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali
bukan lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya
Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana
kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan
saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan
tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan
melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia
tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan
karena:
1.
Masyarakat Indonesia
telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2.
Kecakapan
istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia
atau local genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur
kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan
Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih
terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut
merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Hasil akulturasi tampak pada :
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan
sosial masyarakat Indonesia.
Hal
ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas
kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak
begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh
sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya
Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang
dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan
anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha
masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari
dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja.
Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan
kepala suku.
. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha
juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan.
Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai
mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu
:
ü
Dengan
digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian
masyarakat Indonesia.
Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan
bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa
Sansekerta.
ü
Telah
dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk
mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi
dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak
diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
ü
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra
bermutu tinggi yang merupakan
interpretasi kisah-kisah dalam budaya
Hindu-Budha. Contoh :
· Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
· Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
· Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
· Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
· Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
· Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
· Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
· Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
· Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
· Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
ü
Pengaruh
Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan
ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih
sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama
manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
5. Kepercayaan
Sebelum masuk
pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia,
bangsa Indonesia
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap
roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama
Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama
Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli
seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa
alam. Telah terjadi semacamsinkrit isme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme,
dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur
berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari
yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh
leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan
mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan
1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa.
6. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari
sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha
di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah
dimiliki bangsa Indonesia
sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan
teknologi masyarakat Indonesia
terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan
pertanian.
Sangat bermanfaat gan, Silahkan juga kunjungi
BalasHapus1. Sejarah Perkembangan Agama Hindu
2. Sejarah Perkembangan Agama Buddha
3. Sejarah Masuknya Hindu-Buddha Ke Indonesia
4. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)