Jumat, 27 Juli 2012

Penderitaan Sang Kertas Lipat


Penderitaan Sang Kertas Lipat

Jika kau menjadi diriku, aku yakin kau pasti tak akan tahan menjalani hidupmu. Sungguh, aku iri pada kalian, karena kalian memiliki kehidupan yang sempurna, karena kalian memiliki hak hidup kalian masing-masing, karena kalian memiliki apa yang kalian inginkan, dan karena kalian bisa merasakan betapa indahnya hidup.
Kenalkan, aku adalah kertas lipat. Kertas lipat lipat yang bernasib paling buruk, kurasa. Bagaimana tidak ? Tubuhku tidak beda sedikit pun dengan nenek-nenek di panti jompo. Terlihat kuno, lusuh, dan kucel. Semua ini karena majikanku, semua ini karena ulah tuanku, manusia. Memang benar aku diciptakan oleh tangan-tangan mereka. Tapi ‘hidup’ku sebagai kertas lipat tidak pernah satu pun merasakan hak hidup. Aku ingin merubah takdirku, namun aku tak kuasa, karena takdirku sudah ditetapkan, yaitu sebagai penghibur lara manusia saja. Aku ingin melawan dikala mereka mengobrak-abrikku, mengatur hidup sesuka mereka padaku, namun aku tahu, bahwa aku tak bisa, karena memang manusialah makhluk yang sempurna.
Dulu, ketika aku baru ‘dilahirkan’ dari pabrik ke dunia ini, aku terlihat indah dipandang. Dan saat itulah aku tahu tentang takdirku, mengapa aku datang di dunia ini. Ketika badanku ditekuk-teku dengan paksa menjadi sebuah parahu, aku berimajinasi menjadi seorang nahkoda, berkhayal jauh mengarungi luasnya samudra, melawan arus ombak yang besar. Aaahh… Indahnya, pikirku dengan gembira. Namun khayalan itu hancur menjadi debu, kenangan menjadi nahkoda itu hanya dalam waktu semenit, karena sewaktu aku menjadi nahkoda, tubuhku langsung dibongkar-ulang tanpa ada persetujuan denganku. Lalu aku ditekuk-tekuk secara paksa lagi, hingga aku menjadi sebuah topi, aku langsung terjun ke dalam khayalanku, yang menjadi seorang bajak laut, yang menguasai lautan, dan menaklukan pulau-pulau tak bertuan. Aku tampak terlihat gagah. Meski aku hanya menjadi topinya, hatiku senang. Tak lama kemudian badanku dibongkar ulang lagi menjadi apa yang mereka inginkan, sampai tubuhku kucel dan tak terlihat indah lagi, penuh tekukan-tekukan, seperti kerutan wajah yang dimakan usia. Lihatlah, betapa membosankannya hidupku, yang selalu diatir dan dikuasai. Padahal usiaku tidak lama, karena aku tahu, bahwa akhir hidup sang kertas lipat sepertiku selalu berakhir di tempat sampah. Aku tak tahu berapa lama lagi aku masih dipakai. Karena sekali tubuh kertas lipat tertekuk, maka ia dianggap tak berguna, karena tak jarang dari mereka menghiraukan nasib kertas lipat sepertiku. Pernahkah kau berpikir, bahwa akan ada orang yang membawa kertas lipat yang sudah tertekuk ke rumah sakit ? Eehm.. kurasa tidak, karena di rumah sakit tidak menyediakan perbaikan kertas lipat.
Maka dari itu, bagi kalian yang mendengar cerita hidupku ini, akuilah bahwa penderitaan kalian tidak sebesar penderitaanku. Dan mulai saat ini aku berusaha untuk menerima takdirku ini, takdir yang tak akan mau dimiliki seseorang pun.  Aku mencoba menerimanya. Aku mencoba untuk ikhlas menjalai hidupku sebagai ‘budak’ manusia. Aku mencoba sabar dalam menghadapi penderitaan ini. Tapi adakah balasan satu pun bagiku ? Adakah surga untukku yang selalu sabar dan ikhlas menjalani hidup ini, meski aku dianggap sebagai makhluk tak hidup sekalipun ?
Subhanallah......... bagaimana dengan kita ? apakah kita selalu tabah, ikhlas, sabar dalam menerima cobaan dan rintangan demi rintangan yang selalu terus berdatangan setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan setiap detik. lebih indahnya apabila kita memiliki perilaku seperti kertas itu, maka allah kan tersenyum kepada kita. allah menyukai kepada orang yang sabar bila ku datangkan cobaan dan apabila ku datangkan kenikmatan ia selalu bersyukur kepada KU.
semoga kita tergolong orang orang yang sabar dan makhluk yang disenangi oleh tuhan kita ........Amiiiin. 
LETS DO IT NOW.....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar