Penderitaan Sang
Kertas Lipat
Jika
kau menjadi diriku, aku yakin kau pasti tak akan tahan menjalani hidupmu.
Sungguh, aku iri pada kalian, karena kalian memiliki kehidupan yang sempurna,
karena kalian memiliki hak hidup kalian masing-masing, karena kalian memiliki
apa yang kalian inginkan, dan karena kalian bisa merasakan betapa indahnya
hidup.
Kenalkan,
aku adalah kertas lipat. Kertas lipat lipat yang bernasib paling buruk, kurasa.
Bagaimana tidak ? Tubuhku tidak beda sedikit pun dengan nenek-nenek di panti
jompo. Terlihat kuno, lusuh, dan kucel. Semua ini karena majikanku, semua ini
karena ulah tuanku, manusia. Memang benar aku diciptakan oleh tangan-tangan
mereka. Tapi ‘hidup’ku sebagai kertas lipat tidak pernah satu pun merasakan hak
hidup. Aku ingin merubah takdirku, namun aku tak kuasa, karena takdirku sudah
ditetapkan, yaitu sebagai penghibur lara manusia saja. Aku ingin melawan dikala
mereka mengobrak-abrikku, mengatur hidup sesuka mereka padaku, namun aku tahu,
bahwa aku tak bisa, karena memang manusialah makhluk yang sempurna.
Dulu,
ketika aku baru ‘dilahirkan’ dari pabrik ke dunia ini, aku terlihat indah
dipandang. Dan saat itulah aku tahu tentang takdirku, mengapa aku datang di
dunia ini. Ketika badanku ditekuk-teku dengan paksa menjadi sebuah parahu, aku
berimajinasi menjadi seorang nahkoda, berkhayal jauh mengarungi luasnya
samudra, melawan arus ombak yang besar. Aaahh… Indahnya, pikirku dengan gembira.
Namun khayalan itu hancur menjadi debu, kenangan menjadi nahkoda itu hanya
dalam waktu semenit, karena sewaktu aku menjadi nahkoda, tubuhku langsung
dibongkar-ulang tanpa ada persetujuan denganku. Lalu aku ditekuk-tekuk secara
paksa lagi, hingga aku menjadi sebuah topi, aku langsung terjun ke dalam
khayalanku, yang menjadi seorang bajak laut, yang menguasai lautan, dan
menaklukan pulau-pulau tak bertuan. Aku tampak terlihat gagah. Meski aku hanya
menjadi topinya, hatiku senang. Tak lama kemudian badanku dibongkar ulang lagi
menjadi apa yang mereka inginkan, sampai tubuhku kucel dan tak terlihat indah lagi,
penuh tekukan-tekukan, seperti kerutan wajah yang dimakan usia. Lihatlah,
betapa membosankannya hidupku, yang selalu diatir dan dikuasai. Padahal usiaku
tidak lama, karena aku tahu, bahwa akhir hidup sang kertas lipat sepertiku
selalu berakhir di tempat sampah. Aku tak tahu berapa lama lagi aku masih dipakai.
Karena sekali tubuh kertas lipat tertekuk, maka ia dianggap tak berguna, karena
tak jarang dari mereka menghiraukan nasib kertas lipat sepertiku. Pernahkah kau
berpikir, bahwa akan ada orang yang membawa kertas lipat yang sudah tertekuk ke
rumah sakit ? Eehm.. kurasa tidak, karena di rumah sakit tidak menyediakan
perbaikan kertas lipat.
Maka
dari itu, bagi kalian yang mendengar cerita hidupku ini, akuilah bahwa
penderitaan kalian tidak sebesar penderitaanku. Dan mulai saat ini aku berusaha
untuk menerima takdirku ini, takdir yang tak akan mau dimiliki seseorang pun. Aku mencoba menerimanya. Aku mencoba untuk
ikhlas menjalai hidupku sebagai ‘budak’ manusia. Aku mencoba sabar dalam
menghadapi penderitaan ini. Tapi adakah balasan satu pun bagiku ? Adakah surga
untukku yang selalu sabar dan ikhlas menjalani hidup ini, meski aku dianggap
sebagai makhluk tak hidup sekalipun ?
Subhanallah......... bagaimana dengan kita ? apakah kita selalu tabah, ikhlas, sabar dalam menerima cobaan dan rintangan demi rintangan yang selalu terus berdatangan setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan setiap detik. lebih indahnya apabila kita memiliki perilaku seperti kertas itu, maka allah kan tersenyum kepada kita. allah menyukai kepada orang yang sabar bila ku datangkan cobaan dan apabila ku datangkan kenikmatan ia selalu bersyukur kepada KU.
semoga kita tergolong orang orang yang sabar dan makhluk yang disenangi oleh tuhan kita ........Amiiiin.
LETS DO IT NOW.....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar